Tasyabbuh dari segi bahasa (etimologi)nya diambil dari kata al-Musyabahah yang bermaksud 'meniru', atau mencontohi, menjalin atau mengaitkan diri dan mengikuti. Sabda Nabi shallallahu 'alayhi wassalam:
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka." [Hadits diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya juz II, hal.50, dan Abu Dawud dengan sanad jayyid hadits no.4031, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Soghir no.6025]
Tasyabbuh yang dilarang dalam al-Qur'an dan al-Sunnah secara syar'ie adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam akidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).
Saudaraku,
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka." [Hadits diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya juz II, hal.50, dan Abu Dawud dengan sanad jayyid hadits no.4031, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Soghir no.6025]
Tasyabbuh yang dilarang dalam al-Qur'an dan al-Sunnah secara syar'ie adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam akidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).
Saudaraku,
Mungkin tidak ramai daripada kita yang mengetahui, bahawasanya, termasuk juga dalam tasyabbuh adalah kerasnya hati dan kurangnya penumpuan terhadap ayat-ayat Allah atau dalam berdzikir kepada-Nya; yang mana ia merupakan perangai orang-orang Yahudi yang dilarang Allah dalam firman-Nya:1
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." [al-Hadid (57): 16]
Syaikh Muhammad Soleh al-Munajjid dalam tulisannya Zhohiroh Dhu'fu al-Iman ketika menghuraikan ayat ini mengatakan:
"Menjauhi lingkungan yang situ sudah tercipta iklim keimanan hingga jangka waktu yang lama. Tentu saja hal ini ini boleh menyebabkan lemah iman di dalam diri... Ayat yang mulia ini menunjukkan bahawa sekian lama menjauhi iklim keimanan boleh mengakibatkan lemah iman di dalam hati..."2
Saudaraku,
Ketuklah pintu hati masing-masing, pertanyakan khabar iman di dalam jiwa kita, apakah hati kita telah mula dibelenggu kekerasan? Tepuklah dada, tanyalah hatimu. Banyak orang yang mengadu akan kekerasan hatinya yang diucapkan berkali-kali lewat ungkapan mereka seperti:
"Aku merasakan adanya kekerasan di dalam hatiku."
"Aku tidak pernah mendapatkan kenikmatan dalam beribadah."
"Aku merasakan bahawa iman di dalam hati ini seakan-akan berada di dalam jurang."
"Aku tidak terkesan oleh bacaan al-Qur'an."
"Mengapa aku mudah sekali terjerumus dalam kemaksiatan?"3
Maka ketahuilah saudaraku,
Jika semua itu ada, saat itu kita telah menunjukkan simptom-simptom lemahnya iman. Kerasnya hati. Kita banyak lalai dalam beribadah...kita mula merasa senang akan kemaksiatan...
Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
"Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahawa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang rugi." [al-Mujadalah (58):19]
Ingatlah saudaraku,
Orang beriman itu adalah mereka yang selalu mengingati Allah. Lalu dengan ingatnya mereka kepada Allah, dianugerahi mereka ketenangan dan kelapangan hati. Sabda Nabi shallahu 'alayhi wa sallam:
"Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati." [Rujuk: al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, no.554]
Sesungguhnya Allah telah menggambarkan karakteristik orang yang beriman itu:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (kerananya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal." [al-Anfal (8):2]
"Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa mengkehendaki (kebaikan bagi dirinya) nescaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya," [al-Insan (76): 36]
"(iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [Ali-Imran (3): 191]
Ayuh saudara! Kita perbaiki iman kita! Lazimi diri kita dengan membaca dan mentelaah al-Qur'an. Akhirannya, kita praktikkan apa yang kita pelajari.
Rujukan:
[1] Man Tasyabbaha bi Qowmin Fahuwa Minhum (Judul terjemahan: Larangan Meniru Kaum Kafir), oleh Dr. Nashir Abdul Karim al-Aql, terbitan Jahabersa, hal. 57.
[2] Zhohiroh Dhu'fu al-Iman (Judul terjemahan: Obat Lemahnya Iman), oleh Syaikh Muhammad Sholih al-Munajjid, terbitan Darul Falah, hal. 41-42.
[3] ibid, hal. 10.
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." [al-Hadid (57): 16]
Syaikh Muhammad Soleh al-Munajjid dalam tulisannya Zhohiroh Dhu'fu al-Iman ketika menghuraikan ayat ini mengatakan:
"Menjauhi lingkungan yang situ sudah tercipta iklim keimanan hingga jangka waktu yang lama. Tentu saja hal ini ini boleh menyebabkan lemah iman di dalam diri... Ayat yang mulia ini menunjukkan bahawa sekian lama menjauhi iklim keimanan boleh mengakibatkan lemah iman di dalam hati..."2
Saudaraku,
Ketuklah pintu hati masing-masing, pertanyakan khabar iman di dalam jiwa kita, apakah hati kita telah mula dibelenggu kekerasan? Tepuklah dada, tanyalah hatimu. Banyak orang yang mengadu akan kekerasan hatinya yang diucapkan berkali-kali lewat ungkapan mereka seperti:
"Aku merasakan adanya kekerasan di dalam hatiku."
"Aku tidak pernah mendapatkan kenikmatan dalam beribadah."
"Aku merasakan bahawa iman di dalam hati ini seakan-akan berada di dalam jurang."
"Aku tidak terkesan oleh bacaan al-Qur'an."
"Mengapa aku mudah sekali terjerumus dalam kemaksiatan?"3
Maka ketahuilah saudaraku,
Jika semua itu ada, saat itu kita telah menunjukkan simptom-simptom lemahnya iman. Kerasnya hati. Kita banyak lalai dalam beribadah...kita mula merasa senang akan kemaksiatan...
Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
"Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahawa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang rugi." [al-Mujadalah (58):19]
Ingatlah saudaraku,
Orang beriman itu adalah mereka yang selalu mengingati Allah. Lalu dengan ingatnya mereka kepada Allah, dianugerahi mereka ketenangan dan kelapangan hati. Sabda Nabi shallahu 'alayhi wa sallam:
"Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati." [Rujuk: al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, no.554]
Sesungguhnya Allah telah menggambarkan karakteristik orang yang beriman itu:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (kerananya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal." [al-Anfal (8):2]
"Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa mengkehendaki (kebaikan bagi dirinya) nescaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya," [al-Insan (76): 36]
"(iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [Ali-Imran (3): 191]
Ayuh saudara! Kita perbaiki iman kita! Lazimi diri kita dengan membaca dan mentelaah al-Qur'an. Akhirannya, kita praktikkan apa yang kita pelajari.
Rujukan:
[1] Man Tasyabbaha bi Qowmin Fahuwa Minhum (Judul terjemahan: Larangan Meniru Kaum Kafir), oleh Dr. Nashir Abdul Karim al-Aql, terbitan Jahabersa, hal. 57.
[2] Zhohiroh Dhu'fu al-Iman (Judul terjemahan: Obat Lemahnya Iman), oleh Syaikh Muhammad Sholih al-Munajjid, terbitan Darul Falah, hal. 41-42.
[3] ibid, hal. 10.
0 comments:
Post a Comment