Saturday, January 16, 2010

Lihatlah ke Bawah!


Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Editor: Abu Nashiruddin Dzul Riyhayn bin Abd Wahab

Dunia dengan perhiasannya demikian menyilaukan . . .

Allah subhanahu wa ta’ala pun memberikannya kepada hamba yang dicintai-Nya dan kepada hamba yang tidak dicintai-Nya, sehingga kelebihan yang diperolehi seseorang dalam perkara dunia bukan jaminan dia dicintai oleh Dzat yang di atas. Berapa banyak orang yang jahat, engkar kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam namun dia beroleh kekayaan dan kedudukan yang tinggi. Sebaliknya, banyak hamba yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam tidak beroleh dunia kecuali sekadarnya. Kenapa demikian? Kerana memang dunia tiada bernilai di sisi Allah subhanahu wa ta’ala sehinggakan kata Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

Seandainya dunia ini di sisi Allah punya nilai setara dengan sebelah sayap nyamuk nescaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir seteguk air pun.”

[HR. At-Tirmidzi, dishahihkan al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 940]

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah pasar sementara sahabat-sahabat berada di sekitarnya, beliau melewati bangkai seekor anak kambing yang cacat telinganya. Beliau memegang telinga bangkai haiwan tersebut, lalu berkata:

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا: وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

Siapa di antara kalian ingin memiliki bangkai anak kambing ini dengan membayar satu dirham?”

Kami tidak ingin memilikinya walau dengan membayar sedikit, kerana apa yang akan kami perbuat dengannya?” jawab mereka yang ditanya.

Beliau kembali mengulangi pertanyaannya, “Apakah kalian ingin bangkai anak kambing ini jadi milik kalian?”

Demi Allah, seandainya pun haiwan ini masih hidup, ia cacat, telinganya kecil, apatah lagi ia sudah menjadi bangkai!” jawab mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maka demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.” [HR Muslim]

Mungkin kita termasuk orang yang mendapatkan dunia sekadarnya, tidak seperti yang diperoleh orang-orang sekitar kita, yang mungkin mempunyai rumah mewah, kereta bertukar-ganti, perabot yang mewah..., dan kedudukan yang selesa . Kekurangan yang ada pada kita dari sisi lain seharusnya tidak perlu membuat dada kita sempit sehingga kita berburuk sangka kepada Allah yang Maha Adil. Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberi bimbingan dalam perkara dunia kita. Beliau bertitah:

انظروا إلى من هو أسفل منكم. ولا تنظروا إلى من هو فوقكم؛ فهو أجدر أن لا تَزْدروا نعمة الله عليكم

Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian ini (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian." [HR Muslim]

Dalam satu riwayat yang lain:

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

Apabila salah seorang dari kalian melihat kepada orang yang diberi kelebihan dalam urusan harta dan rupa, maka hendaklah ia melihat orang yang lebih rendah dari dirinya.”

Hadits di atas mengajar setiap muslim agar selalu melihat ke bawah dalam perkara dunia dan jangan melihat kepada orang yang melebihinya. Kerana bila ia berbuat demikian akan membuatnya berkeluh kesah, sempit dada, dan tidak bersyukur dengan apa yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepadanya. Sebaliknya dalam perkara agama/akhirat, seorang muslim harusnya melihat ke atas, kepada orang yang lebih darinya dalam beramal ketaatan, dalam kesolehan dan ketakwaan sehingga ia terpacu untuk terus menambah ketaatan dan amal ibadah. [Bahjatun Nazhirin, 1/534]

Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu berkata tentang hadits di atas:

Ini merupakan sebuah hadits yang mengumpulkan kebaikan. Kerana bila seorang hamba melihat orang yang di atasnya dalam kebaikan, ia menuntut jiwanya untuk turut bergabung dengan orang yang dilihatnya tersebut. Ia pun mengecilkan keadaannya ketika itu sehingga ia bersungguh-sungguh untuk menambah kebaikan. Bila dalam perkara dunianya ia melihat kepada orang yang di bawahnya, akan tampak baginya nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang terlimpah padanya, ia pun mengharuskan jiwanya bersyukur. Inilah makna ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas. Bila seseorang tidak melakukan anjuran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut maka keadaannya jadi sebaliknya. Ia terkagum-kagum dengan amalannya sehingga dia malas menambah kebaikan. Ia membukakan kedua matanya kepada dunia dan bercita-cita untuk menambahnya. Nikmat Allah subhanahu wa Ta’ala yang diperolehnya pun diremehkan dan tidak ditunaikan haknya.” [Ikmalul Mu’lim bi Fawa’id Muslim, 8/515]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan nasihat yang akan mengubati penyakit yang mungkin ada di dalam dada, maka amalkanlah! Selalulah melihat orang yang kekurangan dan lebih susah daripada kita.

Lihatlah. . . Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan tempat tinggal yang menaungi kita setiap harinya walau rumah yang sederhana, maka syukurilah kerana berapa banyak pengemis-pengemis di sekitar kita. Mereka terpaksa tidur di kaki lima, di bawah jembatan, dan di dalam rumah-rumah buruk . . .

Setiap harinya kita bisa makan dan minum walau hidangan yang tersaji sederhana, namun syukurilah. Lihatlah di sana … Ada orang-orang yang mengais-ngais sampah untuk mencari sesuatu yang dapat mengisi perut mereka yang lapar.

Kita diberi nikmat berupa pakaikan yang dapat menutup aurat kita dan melindungi kita dari hawa panas dan dingin, walau harganya tak seberapa. Namun lihatlah … di sana ada orang-orang yang berpakaian compang-camping kerana kemiskinannya.

Lihatlah dan tengoklah selalu kepada orang yang hidupnya lebih sulit daripada kita, dengan begitu kita dapat mensyukuri nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang diberikan-Nya kepada kita.

Ingatlah selalu bahawa dunia ini ibaratnya hanyalah fatamorgana, tiada berharga, maka jangan engkau terlalu berpanjang angan untuk meraihnya. Tetapi bercita-citalah untuk kehidupanmu setelah mati. Di sana ada negeri kekal menantimu…!!!

Wallahu a’lam bish-shawab.

[Sumber: Majalah Asy-Syariah No. 48/IV/1430 H/2009. Rubrik: Sakinah, Lembar untuk Wanita dan Keluarga. Kategori: Mutiara Kata. Halaman: 93 s.d. 94]

0 comments:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template